Serial “Move to Heaven” saat ini menjadi perbincangan hangat banyak orang. Dengan cerita yang menyentuh dan penuh makna, siap-siaplah untuk merasakan emosi yang mendalam saat menontonnya. Serial ini menggambarkan kehidupan dua orang yang berprofesi sebagai trauma cleaner, yaitu mereka yang bertugas membersihkan barang-barang peninggalan orang yang telah meninggal. Banyak penonton, terutama dari Indonesia, yang mengira bahwa profesi ini hanya ada dalam fiksi. Namun, dunia nyata menunjukkan bahwa bisnis ini benar-benar ada di Korea Selatan.
Profesi trauma cleaner berfungsi sebagai layanan pembersihan untuk mengganti barang-barang milik orang yang meninggal, khususnya yang meninggal sendirian. Fenomena “lonely death” atau kematian sendirian cukup umum terjadi di Korea Selatan. Menurut laporan dari Reuters, banyak orang tua yang merasa terasing dan depresi karena tidak memiliki keluarga atau tempat yang bisa mereka andalkan saat meninggal. Banyak dari mereka bahkan mengumpulkan uang untuk mengatur pemakaman melalui lembaga tertentu. Selain itu, mereka juga membutuhkan jasa untuk membersihkan sisa-sisa peninggalan, seperti yang dilakukan oleh karakter Geu-ru dan Sang-gu dalam “Move to Heaven”.
Meskipun banyak orang menjauhi pekerjaan ini karena tantangan dan suasana yang mungkin tidak nyaman, justru hal ini menciptakan peluang bisnis. Misalnya, Kil Hae-yong, CEO dari perusahaan Sweepers yang sudah beroperasi sejak 2011. Hae-yong, yang sebelumnya adalah pemilik restoran barbeque, memutuskan untuk terjun ke bidang ini karena melihat minimnya pesaing serta tingginya permintaan. Ia mencatat bahwa rata-rata ada sekitar 700 kematian tiap hari di Korea Selatan, dengan banyak di antaranya tidak dihadiri oleh siapa pun.
Pekerjaan trauma cleaner melibatkan proses yang mirip dengan apa yang ditampilkan dalam serial tersebut. Setelah proses pengambilan jenazah oleh pihak rumah duka, mereka bertugas membersihkan area yang terkontaminasi. Proses ini biasanya berlangsung sekitar empat hari dan diakhiri dengan sterilisasi ruangan menggunakan mesin laser ozon. Sering kali, barang-barang peninggalan akan disortir dan banyak di antaranya akan diserahkan kepada pengangkut sampah karena tidak ada keluarga yang diketahui.
Berbicara tentang pendapatan, layanan trauma cleaner seperti Sweepers dapat menghasilkan antara 3 sampai 4 juta won (sekitar Rp39 juta hingga Rp51 juta) per kasus. Dengan pengalaman yang cukup, mereka bisa menangani 6 hingga 7 kasus setiap bulan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya layanan ini di tengah meningkatnya jumlah orang yang tinggal sendirian dan memilih untuk tidak menjalin hubungan dengan keluarga mereka.
Dengan demikian, meskipun terlihat seolah-olah hanya ada dalam cerita fiksi, profesi trauma cleaner merupakan kenyataan di Korea Selatan. Fenomena kematian sendirian memberikan peluang bagi bisnis ini untuk terus berkembang seiring bertambahnya jumlah orang yang tidak memiliki ikatan dengan keluarga maupun komunitas.